Bismillahirrohmaanirrohiim,
Kali ini saya akan berbagi kisah menarik dimasa kuliah. Tidak ada maksud melecehkan dan membanggakan merk atau instansi tertentu, semua hanya kesamaan yang tidak disengaja.
Motor Idaman |
Waktu itu saya mahasiswa disebuah Kampus di Jakarta. Ruang kelas dan praktik kami berbeda. Ruang kelas di bilangan Kelapa Dua Cimanggis dan untuk Praktik berada di Bilangan Margonda.
Pada hari dimana kami selesai Praktik, langit telah menunjukkan sisi gelapnya. Seperti biasa, saya segera bergegas menuju Stasiun Pondok China. "Hadohhh, kalo jam segini mah kereta bakalan penuh nih" gumamku dalam hati. Akhirnya saya memilih sholat Maghrib dahulu di Masjid Kampus.
Selesai sholat, sahabatku Bibie mendekati sambil bertanya. " Ndo, lo pulang ma siapa? Tanya Bibie. " Sendirian gw Bie. napah? Lo Mau bareng ma Gw?" tanyaku kepada Bibie. Bibie adalah sahabatku di kelas, kami selalu bersama-sama dengan teman lain seperti Freeo, Mance dan Kentung. Saya sendiri dipanggil dengan sebutan Guindo.
"Dah lo ma gw ajah naek motor" pinta Bibie.
"Ok dah, tp gw gag ke rumah lo yaa, gw gag nginep. Gw turun di depan ajah" jawabku.
"Terserah lo dah,,,Nyok ahhh dah malem nih" seru Bibie.
Sejurus pun kami akhirnya berada di Lampu Merah Tanjung Barat. Jalur kami menuju Pasar Minggu, Saharjo dan Tebet Kampung melayu menuju Cipinang. Kebetulan di Stasiun Tanjung Barat ada kereta dari Bogor yang akan berangkat menuju jakarta searah dengan kami.
"Pegangan yang kenceng, ndo. Gw Mau nyoba nih motor" .Bibie segera memacu sepeda motornya hingga sejajar dengan kereta. Jalur kereta dan Jalan raya saling segaris lurus mulai dari Tanjung Barat hingga Pasar Minggu.
Laju Motor Bibie mendahului kereta bermuatan 8 gerbong. Tapi kemudian berada di belakang gerbong ke delapan. "Ndo, nunduk!" perintah Bibie kepadaku. Dengan segera ku ambil posisi menunduk dengan berpegangan erat. Benar saja, dengan menunduk laju motor semakin kencang. Mungkin menunduk, berat badan kami agag berkurang dan membelah angin depan.
"Mantap bie,,,,kalah juga tuh kereta" teriakku kepada Bibie yang masih menarik gas motor.
Tapi kebanggan kami tak lama sirna juga. Kereta sudah sejajar denan motor kami, dan bahkan mulai meninggalkan kami. Setelah merasa bahwa kami kalah, posisiku ubah menjadi tegak. Dan apa yang terjadi,,,,
Kami memang kalah dengan kereta. Hal ini ku ketahui setelah melihat apa yang terjadi didalam kereta.
"Pantesan kita kalah Bie" Kataku kepada Bibie.
"Emang napah ndo?" tanya Bibie.
"Pantesan kita kalah Bie" Kataku kepada Bibie.
"Emang napah ndo?" tanya Bibie.
"Noh,,,lo lihat ajah. Penumpangnya pada nunduk semua" jawabku.
"Lah kita cuman bedua, nah tuh kereta penumpangnya 8 gerbong pada nunduk semua" kataku lagi sambil menunjuk kereta.
"Lah iyyaa,,kalah cepet kita yaa. Auuuahhh,,,bisa ajah lo Ndo" jawab Bibie sambil ketawa terbahak-bahak.
Dengan gaya menyetir Bibie, kami pun tiba dengan waktu yang singkat.
Dengan gaya menyetir Bibie, kami pun tiba dengan waktu yang singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang baik tidak mengandung unsur CYBERCRIME dan SARA