Bismillahiirrahmaanirrohiim
Cicit Harahap, Fathan Al Maliki Harahap |
Alhamdulillah, segala puja
dan puji untuk Allah dan sholawat serta salam untuk Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebelum
saya menuliskan ini, Hamba bersimpuh memohon kepada-MU Yaa Allah.
Semoga Allah Robbul Izzati menerima semua amal kebaikannya, memaafkan
segala kesalahannya, melapangkan kuburnya dan menjadikannya Taman Surga
hingga akherat kelak, mengumpulkannya bersama kami dibawah panji
Rasulullah Muhammad SAW di Padang Mahsyar nanti serta memudahkannya
untuk memasuki Syurga-MU dari semua Pintu Perkenankanlah semua ini untuk
Ayahanda tercinta Yaa Allah,,,Amiin YRA.
Hari itu Rabu,
tanggal 15 Maret 1950 di Desa Tandihat, PadangSidimpuan Provinsi
Sumatera Utara.
Terdengar suara tangis bayi laki-laki membelah
keheningan. Diiringi dzikir dan do'a dari lelaki baya memohon
keselamatan kepada Allah untuk Istri dan Anak yang dinanti. Ya, mereka
adalah Kakek dan nenek yang sedang menanti kelahiran ayahanda.
Kakek
bernama H. Sutan Martua Raja Harahap bin Karim, seorang tetua Adat dan
Raja dikampungnya. Sedangkan Nenek bernama Hj. Siti Rafah Dalimunte
binti Dalimunte. Dihari ini mereka sangat berbahagia, betapa tidak? Anak
yang sangat mereka nantikan akhirnya lahir dengan selamat. Dan yang
paling membahagiakan bagi seorang berdarah Batak adalah apabila
mendapatkan anak berjenis kelamin Laki-laki. Karena dalam adat istiadat
Batak, hanya Anak laki-laki yang dapat meneruskan nama/marga. Karena
semuanya itu jugalah maka anak yang lahir tersebut diberi nama "SALAMAT
HARAHAP".
Salamat Harahap (selanjutnya saya menuliskannya
dengan Ayahanda demi menghormati beliau), sebenarnya ayahanda bukanlah
anak pertama dari silsilah keluarga besar kami. Berdasarkan urut,
ayahanda adalah anak ke- 8 (delapan). Semua ke-7 kakaknya meninggal. Ada
yang karena keguguran, saat melahirkan dan setelah lahir hitungan tahun
belia.
Kampung halaman ayahanda berada diatas pegunungan.
Lingkungannya masih hutan tanaman karet, kopi dan salak. Kotanya pun
dikenal sebagai kota salak. Belakang rumah kakek langsung terhubung
dengan hutan. hutan disana masih banyak yang belum terjamah tangan
manusia. kebanyakan hutan dihuni oleh binatang. Yang sering terlihat dan
terdengar adalah Si Amang.
Masyarakat disana beragama
Islam. Bahkan ajarannya sangat kuat melekat, ibadahnya sangat kuat.
Berbeda dengan Image di sini yang menyatakan kalo Batak itu adalah
KRISTEN, bahkan banyak yang salah paham menyatakan BATAK adalah agama.
Karena
kampungnya berada di pegunungan, maka Air adalah barang yang sangat
langka. Bahkan untuk menempuh mata air kita harus berjalan meuruni bukit
yang terjal dan licin. Uniknya, Mata air disana airnya sangat jernih
dan bisa digunakan langsung untuk minum. Mata air ditadah menggunakan
bambu besar. Disudut atas berdiri sebuah Musholla untuk tempat ibadah.
Namun untuk ke mata air ada waktunya, tidak bisa sembarang waktu. Ini
dikarenakan kabut yang menyelimuti daerah tersebut.
Dihutan,
banyak sekali mahluk astral yang menampakkan diri. Orang-orang
menyebuatnya "ORANG BUNIAN". Di pulau Sumbawa juga memiliki kesamaan,
hanya saja disana sebutannya berbeda. Mereka sama seperti manusia,
memiliki struktur kemasyarakatan.
Beralih ke cerita ayahanda.
Setelah
15 tahun berlalu, setelah lulus dari bangku sekolah SMP. Ayahanda
bersama kawan-kawan sepermainannya (yang saya kenal namanya UDA KAYO)
bermain voli, berencana merantau keluar desa. Bahkan lebih kuatnya
nuansa merantau sampai-sampai ingin keluar dari Pulau Sumatera. Ayahanda
saat itu ingin ke Jogja dengan alasan melanjutkan pendidikan. Tentulah
kakek dan nenek sangat tidak setuju dengan niat ayahanda.
Dengan
modal nekat, tanpa membawa apapun ayahanda memberanikan diri merantau.
Saat hendak minta izin dan pamit, bukanlah senyum yang didapat. Kakek
dan nenek melepasnya dengan amarah dengan harapan ayahanda membatalkan
niatnya. Namun karena niat dan keputusan sudah bulat, Kaki ayahanda pun
berangsut meninggalkan rumah dan meninggalkan desa. Ayahanda sangat
yakin kalau kakek dan nenek pasti mendo'akannya selamat.
Saya
sedikt lupa kisah perjalanan ayahanda saat berlayar. Waktu itu
perjalanan merantau ditempuh dengan berlayar. Ayahanda hanya bermodal
semangat. Dan seperti layaknya orang Sumatera, apabila bepergian jarang
sekali menggunakan Sandal atau sepatu. mereka lebih senang bertelanjang
kaki (Nyeker - Red).Ayahanda juga memiliki nyali yang besar dan illmu
beladiri yang lumayan berkat warisan kakek.
Singkat
cerita, selama perantauan di Jogja semua beban hidup ayahanda tanggung
sendiri. Bahkan bisa dibilang selama di Jogja ayahanda menjadi sangat
terkenal karena jago berkelahi. Ayahanada sangat lihai bergulat, mungkin
karena mempraktekkan ilmunya di SMOA (Sekolah Menengah Olahraga Atas -
setingkat SMA/SMK). Namun biasanya bukanlah ayahanda yang memulai sebuah
perkelahian.
Pernah suatu waktu ayahanda membela kawannya
yang sedang dikompas (di Palak - dimintai uang dengan paksa) di
alun-alun kota. Melihat kawannya dalam kesusahan, timbullah niatan untuk
membantu. Akhirnya timbullah perkelahian hebat diantara mereka. Tak
dinanya, ternyata lawan kali ini sangat berat. Kali ini lawannya adalah
seorang Preman Asal SOLO. Untuk pertarungan kali ini, ayahanda kembali
menang. Sang preman yang tidak puas mengancam ayahanda. Dengan ksatria,
ayahanda menerima tantangan sang Preman yang menunggunya di alun-alun
untuk berkelahi kembali.
Setelah seminggu berlalu, rupanya
sang preman tidak main-main dengan ancamannya. Terlihat di Alun-alun
sudah menunggu sang preman dengan kawan-kawannya yang bergerombol.
Akhirnya banyak yang tahu kalau hari itu akan ada pertarungan orang
rantau dengan orang Solo. Justru sebaliknya, ayahanda tidak mendengar
berita apapun, dia sangat santai sekali menanggapi tantangan sang preman
mungkin karena sudah punya bekal kemenangan kemarin.
Berangkat
dari rumah menuju lokasi, ayahanda masih terlihat santai. Seperti biasa
jika ingin berkelahi ayahanda pasti berjalan tanpa alas kaki. Tapi dia
melihat ada pemandangan aneh saat mendekati alun-alun. Ayahanda sangat
heran, dia melihat kenapa banyak sekali anak muda yang bertelanjang kaki
hari ini. Tapi keanehan itu tersirat dalam pikirannya hanya sesaat.
Ayahanda mulai fokus pada pertarungan.
"Akhirnya dateng juga kau BATAK!!" teriak sang preman.
"Ya, inilah aku. Sudah siapkah kau??" Tukas Ayahanda.
"Kepung,,,,ayo kepung!!!" Teriak sang preman dengan sangat keras. Hal ini membuat ayahanda kaget dan bingung dengan situasi ini.
"Hahahahahah,,,,jangan
berlagak kau orang batak di negeri orang" sang preman tertawa senang
karena gerombolannya telah mengepung ayahanda.
"Aku pantang menyerah, Ayoo,maju kalau berani" sambut ayahanda dengan gaya bertarung orang sumatera.
Dan,,,
Bak
seperti orang yang dikomando, anak-anak muda yang bertelanjang kaki
yang dilihat di sepanjang jalan dan di alun-alun bergerak mengelilingi
mereka.
Melihat ada keanehan, sang preman dan
gerombolannya berubah mimik. mereka saling bertanya siapa anak-anak muda
yang bertelanjang kaki yang mengelilingi mereka. Akhirnya satu-persatu
merekapun melarikan diri meninggalkan alun-alun.
"Horas Bah!!! teriak salah satu dari anak-anak muda yang bertelanjang kaki.
"Ternyata benar berita itu, kalau hari ini ada pertarungan antara Halak Medan dengan Preman dari Solo" tambahnya lagi.
"Makanya
banyak dari kami anak rantau yang ingin melihat sendiri, dan pastinya
kami akan membantu" Pemuda tadi mendekati diri sambil memeluk ayahanda.
"Kau
lihat mereka yang tanpa alas kaki, mereka rantau semua. ada yang dari
medan, minang, bengkulu dan aceh" Kata pemuda itu sambil memperlihatkan
keadaan sekelilimg.
"Oh,,,iya. Aku sendiri sampai lupa bang dengan
kebiasaan kalau kita hendak berkelahi" Jawab ayahanda dengan sumringah
karena tanpa disadari ayahanda telah mendapatkan bantuan yang tak pernah
dimintanya.
"Hebat sekali persaudaraan tanah Rantau ini" pikir ayahanda dalam hati.
Mulai
saat itu bertambah kepercayaan ayahanda tentang keselamatan jiwanya
selama menuntut ilmu dikota Jogja. Namun bukan kekuasaan yang ayahanda
kejar ari awal tapi pendidkan yang ingin dicapai dan menggapai cita-cita
menjadi atlet Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang baik tidak mengandung unsur CYBERCRIME dan SARA